Senin, 20 April 2015

Peran Perempuan (Istri) dalam kegiatan ekonomi keluarga



Peran Perempuan (Istri) dalam kegiatan ekonomi keluarga
Seperti yang kita ketahui keluarga merupakan sekelompok masyarakat yang permanen dan hidup bersama-sama, terdiri dari dua atau lebih anggota yang terhubung karena ikatan darah, perkawinan, dan adopsi. Dan dalam susunan keanggotaan keluarga tesebut tak lepas pula dari ketergantungan dalam memenuhi kebutuhan dan peranan didalamnya. Akan tetapi realita dalam masyarakat yang terus terjadi perubahan dan perkembangan akan berdampak pula pada pola dan peranan di dalamnya. Dalam kilasan penulisan ini akan dibahas masalah “peran perempuan (Istri) dalam kegiatan ekonomi keluarga”.
Secara umum dalam konteks budaya Indonesia yang menganut sistem patriarki. Seorang Perempuan atau Istri adalah salah satu bagian dari unit keluarga yang berperan penuh. Mulai dari berperan sebagai Ibu di rumah dan banyak pula kita jumpai mencari nafkah. Pada sistem inilah terdapat pembagian atau pengkotak-kotakan peran perempuan dan laki-laki yang tidak seimbang. Terutama pada kalangan menengah ke bawah yang sering kita jumpai.
Setelah terbentuknya kesempatan kerja pada perempuan di luar rumah tangga. Membuat posisi perempuan dalam keluarga harus menyesuaikan perannya sebagai Ibu rumah tangga dan pencari nafkah. Tak jarang kita jumpai hal tersebut, sehingga peran perempuan sangat membantu dalam bertambahnya pengahasilan dan tentunya mobilitas perempuan akan meningkat pula.

Seiring perkembangan zaman, sudah banyak kita jumpai peran perempuan sebagai pekerja, pembantu ekonomi, dan wanita karir dalam keluarga. Dalam hal ini sangatlah membantu dalam memunuhi kebutuhan dan peningkatan ekonomi keluarga. Akan tetapi, terdapat pula suatu kebudayaan yang berpandangan bahwa dengan lebih dibebaskan peran perempuan dalam kegiatan mencari nafkah di luar akan merubah pola-pola keluarga yang telah dibangun. Mulai dari peran ibu mendidik anak-anak di rumah bahkan sampai peran istri dalam melayani suami di rumah.
Dalam sebuah artikel mengenai fakta Jerman yang menjelaskan perkembangan penduduk di Jerman mengatakan bahwa,  Jerman yang berpenghuni sekitar 82 juta orang jauh mendahului Negara Eropa lainnya sebagai Negara yang paling padat penduduknya, Jerman merupakan Negara modern yang terbuka terhadap dunia luar, masyarakatnya ditandai oleh keanekaragaman gaya hidup dan ciri etnobudaya. Bentuk-bentuk kehidupan bersama telah menjadi lebih beragam, sedangkan ruang gerakan bagi individu diperluas. Pembagian peran yang berlaku secara tradisional bagi laki-laki dan perempuan telah dilonggarkan. Meskipun tejadi perubahan dalam masayarakat, keluarga tetap merupakan kelompok relasi social terpenting dan generasi muda memelihara hubungan erat dengan orang tua mereka.
Dari urain diatas terdapat berbagai point penting yang diantaranya kebergaman, ruang gerak, dan terjadi pelonggaran peranan laki-laki dan perempuan. Sehingga menjadi alasan mengapa peran perempuan terhadap kegiatan perekonomian berlangsung dengan sangat konfleks. Namun, dengan keterlibatan perempuan dalam kegiatan ekonomi membawa suatu dampak negative yang sangat urgen. Diantaranya : Dampak terhadap anak, dengan kepadatan pekerjaan dalam keterlibatan ekonomi membawa dampak Psicologis yang berarti. Seperti kedekatan terhadap anak, ataupun cara seorang perempuan atau Ibu dalam menghadapi anak-anaknya. Kemudian terhadap suami. Sudah menjadi hal yang biasa dalam pembahasan ini. Yang mana terdapat kesenjangan peran dan rasa saling mempengauhi ataupun tersaingi di masing-masing suami istri. Dan selanjutnya pengaruh terhadap masyarakat. Pada dasarnya masyarakat yang memiliki konstruksi budaya yang kental akan berdampak dan menilai wanita karir sebagai sebuah penyimpangan. Dianggapnya akan mengubah tatanan hokum adat bahkan agam dalam menilainya.
Jadi, peran perempuan dalam ekonomi sangatlah berpengaruh di dalam keluarga. Menambah penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan, meningkatnya mobilitas, dan kesamaan hak menjadi acuan setiap perempuan untuk berkecimpung dalam ranah kegiatan ekonomi. Namun dengan adanya konstruksi budaya dan masyarakat yang dianggap menyimpang inilah, eksistensi perempuan berperan dalam perekonomian masih menjadi hambatan. Secara umum tidak ada salahnya wanita ikut serta dalam kegiatan ekonomi akan tetapi harus disesuaikan dengan lingkungan yang berpengaruh. Dengan kondisi demikian diharapkan mampu memposisikan diri.
Sumber Berita :           http://www.tatsachen-ueber-deutschland.de

                                   

http://edukasi.kompasiana.com/Nabila Firda Farkani

                                    Member of UIN Maliki, Yogyakarta

 

http://news.okezone.com

 


http://merdeka.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar